BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa
Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu dan
dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan ragam bahasa
Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia
untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang
lain yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah.
Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia
yang digunakan adalah ragam ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
Ragam Ilmiah
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana bahasa ragam
ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode (pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan
yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/
keilmiahannya. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta,
konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia
diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik
secara tertulis maupun secara lisan.
B. Karakteristik
Bahasa Ragam Ilmiah
a) Cendekia
Bahasa
ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan
seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat
oleh pembaca.
·
Contoh
A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi
serapan hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang
tumbuh pada tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa
eksternal.
·
Contoh
B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang
akan meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya.
Kalimat
pada contoh B secara jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi
tidak terungkap jelas pada contoh A.
Contoh
A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Contoh B
: Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.
Kecendekiaan
juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh A termasuk mubazir.
Contoh A
: Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
Contoh B
: Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata
yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis
yang tidak cermat tampak pada contoh A.
b) Lugas dan Jelas
Bahasa
Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu,
setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari
kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
·
Contoh A: Mahasiswa
sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringansehingga
kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.
Contoh B : Mahasiswa sering mendapatkan tugas
yang berat sehingga kemampuan berfikirnya menjadi menurun.
·
Contoh A
: Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah
dan lakunya dalam sehari-hari.
Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
Contoh A tidak
mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu
panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan
yang disampaikan.
c) Menghindari Kalimat
Fragmentasi
Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain
karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa
menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
·
Contoh A
: Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)
Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan
sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)
d) Bertolak dari
Gagasan
Penonjolan
diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis.
Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif
sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
·
Contoh A
: Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan
membina anak berbakat sangat penting.
Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
Contoh
kalimat A beroriantasi pada
penulis. Contoh B berorientasi pada gagasan.
e) Formal dan Objektif
Sifat
formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan
kalimat. Kosakata yang digunakan bernada fornal da kalimat-kalimatnya
mengandung unsur yang lengkap.
·
Contoh
: Kata Formal Kata
Informal
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
·
Contoh A
: Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali
adanya masalah.
Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah
paragraph. Penelitian diawali adanya masalah.
Kata-kata
yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu
dihindari. Penulisan kalimat A berikut perlu dihindari
karena barsifat subjektif/emosional.
f) Ringkas dan
Padat
Sifat
ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat.
·
Contoh A
: Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara
Indonesia.
Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada
paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan
kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh A berikut
termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat. Hadirnya kata yang
bercetak miring pada kalimat B tidak memberi tambahan makna yang
berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
g) Konsisten
Unsur
bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali
sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai
dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.
·
Contoh : kata
tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata
tugas bagimengantarkan objek.
C. Ciri
Ragam Bahasa Ilmiah
1.
Struktur kalimat
jelas dan bermakna lugas.
2.
Struktur wacana
bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
3.
Singkat, berisi
analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
4.
Cermat dalam
menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat,
paragraf, wacana.
5.
Cermat dan
konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan, deskripsi
teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan
dan saran.
6.
Menggunakan istilah
khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.
7.
Objektif dapat
diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk persona dan
ungkapan subjektif.
8.
Konsisten dalam
pembahasan topik, pengendalian variabel, tujuan, penalaran,
istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data,
analisis data, hasil analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.
D. Ragam
Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)
Ragam
pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah
ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato
pengukuhan guru besar. Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi,
diskusi dan tanya jawab. Adapun penulisan skripsi, tesis dan disertasi
dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri dengan penentuan
kelulusan.
Untuk
mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a.
Etika ilmiah,
makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah (1) harus menggunakan ragam bahasa
ilmiah, (2) penalaran ilmiah, (3) bersikap obejktif, (4) menggunakan kalimat
yang terukur kebenarannya, (5) mematuhi aturan formal presentasi, (6)
mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang
ditentukan, (7) mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan
sumbernya, (8) mengutip data yang relevan dengan pembuktian, (9) tidak
mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah, (10) dapat menjawab
pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep, data, kata,
istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya, (11)
mencermati setiap respon pendengar (penguji).
b.
Ketentuan lembaga
(universitas), yaitu (1) mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan
lembaga atau universitas, (2) mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada
lembaga atau universitas, (3) mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau
universitas.
c.
Kemampuan personal,
yakni, (1) bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji), (2)
bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri
berlebiha, (3) menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa,
saya pikir, dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata
pengalaman membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain, (4) berpakaian
sopan, (5) menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
d.
Kemampuan teknis,
yakni (1) menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun
kuantitatif, (2) mengaplikasikan penggunaan pustaka, (3) melengkapi pembuktian
(sumber) teori, (4) menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan
data (dokumen), (5) memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain
yang relevan.
Ketika melakukan presentasi
ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat tenaga agar bahasa
Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa
fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya
adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan
intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.
Contoh
pidato presentasi skipsi:
Bapak-bapak,
ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,
Perkenanakan
saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!
Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI Cabang
Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana
saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31
Desember 2007. Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha
merupakan variabel terikat.
Kajian
teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal,
ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang
sejalan dengan topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan
pada tahuan 2006-2007. Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori.
Berdasarkan
kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data di lapangan, yaitu
kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya
untuk mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal 1 juli
sampai dengan 31 Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket,
wawancara, dan melalui website. Data ini dideskripsikan dalam Bab V
Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil Analisis Data. Selanjutnya, data ini
dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan
saham terhadap laba usaha memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan
bahwa penjualan saham berpengaruh secara positif terhadap laba usaha.
E. Ragam
Ilmiah dalam Menulis Akademik
Menggunakan
bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti
memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara
tertulis dan lisan. Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis
harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan
sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari kalimat yang fragmentasi,
bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata,
pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan
ejaan, dan aspek-aspek lainnya.
Contoh
: Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas
sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia
terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama
menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan
bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara.
Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan
terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Bahasa Indonesia
ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
pertemuan dan penulisan karya ilmiah.
·
Bahasa ragam ilmiah
memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas
dan padat, dan konsisten.
·
Untuk mendapatkan
hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga (universitas), kemampuan personal, dan
kemampuan teknis.
·
Menggunaan bahasa
Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan
potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau
gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan
lisan.
0 comments:
Post a Comment